Jumat, 01 Februari 2013


Pengelolahan Sampah Mandiri

Sampah adalah masalah klasik yang tak pernah habis untuk dibahas. Apalagi di negeri dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa yang sebagian besar acuh tak acuh terhadap masalah sampah. Membuang sampah di sembarang tempat sepertinya telah menjadi budaya masyarakat kita. Di tempat-tempat yang menjadi pusat keramaian, sampah tak pelak menjadi pemandangan tak sedap yang bisa mengurangi kenyamanan. Meski telah disediakan tempat sampah, masyarakat kita cenderung lebih suka membuang sampah sesuka hati. Bahkan pengemudi atau penumpang mobil sering membuang sampahnya ke jalanan.Volume sampah yang membengkak seiring bertambahnya jumlah penduduk akan semakin membebani bumi kita. Jika setiap orang membuang sampah satu kantong plastik setiap hari, maka Indonesia bisa menghasilkan 200 juta lebih kantong plastik sampah setiap harinya. Bagaimana dengan seminggu? Sebulan? Setahun? Jika tidak dikelola dengan baik lama kelamaan gundukan sampah itu akan menjadi bom waktu yang siap meledak sewaktu-waktu.Tanggung jawab pengelolaan sampah tak hanya menjadi beban pemerintah. Kita pun bisa berpartisipasi untuk mengurangi volume sampah dengan mengelolanya secara mandiri dimulai dari rumah. Beberapa waktu yang lalu saya mewakili PKK RW mengikuti Pembinaan Kader Lingkungan di pendopo Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya. Bimbingan Teknis Pengelolaan Sampah Mandiri ini merupakan bagian dari program Green and Clean yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Dengan program ini masyarakat Surabaya diharapkan bisa menjadi pelopor penyelamatan bumi.
Prinsip dasar dari pengelolaan sampah mandiri adalah memilah sampah rumah tangga menjadi dua bagian: sampah kering dan sampah basah. Yang tergolong sampah kering adalah kertas, botol kaca ataupun plastik, karet, kain, dan sejenisnya. Sedangkan sampah basah adalah sampah yang berasal dari bahan organik, misalnya: sisa makanan, kulit buah dan sayuran, dan sejenisnya. Sampah basah ini akan diolah menjadi kompos dengan bantuan mikroorganisme yang ada dalam starter. Umumnya kompos dibuat dengan cara menimbun sampah basah di dalam tanah. Sulitnya mendapatkan lahan kosong di kota-kota besar, bisa disiasati dengan memakai tempat/ wadah seperti glangsing, gentong, kaleng bekas, atau keranjang untuk memproses sampah basah menjadi kompos.
Keranjang sebagai wadah pengolahan sampah basah
Langkah-langkah pembuatan kompos:
1. Potong kecil-kecil sampah basah
2. Siapkan alat pengolah kompos yang tersusun dari :
a. Bantalan sekam yang dibungkus kain tipis di bagian paling bawah
b. Starter yang berupa kompos yang sudah jadi

Starter yang berupa kompos
c. Tanah yang dicampur dengan air gula dan air leri (bekas cucian beras)
d. Potongan sampah basah
e. Ditutup bantalan berisi sekam
Bantalan berisi sekam
3. Aduk tiap hari untuk menambah oksigen yang berguna untuk proses pembusukan
4. Jaga kelembabannya, bila kurang lembab ditambah air, aduk lagi
5. Setelah dua minggu sampah akan berubah menjadi kompos
6.Keluarkan kompos yang telah jadi, sisakan sedikit untuk starter, yang belum sempurna menjadi kompos  dimasukkan lagi
7. Masukkan sampah baru yang telah dipotong kecil
8. Penambahan sampah bisa dilakukan setiap hari kemudian diaduk lagi
Kompos yang dihasilkan bisa dipakai sendiri atau dijual. Pengelolaan sampah mandiri ini diharapkan bisa menginspirasi masyarakat untuk peduli dan turut serta dalam upaya penyelamatan bumi.


Pengolahan sampah basah menjadi kompos


Pengolahan sampah basah menjadi kompos

Sampah sudah diakui sebagai salah satu problem kota-kota besar seperti Surabaya. Sampah basah adalah salah satunya. Perlu diketahui, sampah basah atau sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. 

Setiap individu di kota menghasilkan sampah 0,50-0,65 kg per orang per hari, dengan kepadatan 200 kg/m3 (Mubiar Purwasasmita, Pikiran Rakyat tanggal 2 April 2005).


Sampah basah dapat menimbulkan polusi. Terutama polusi udara. Sampah basah dapat menimbulkan ambu gak enak yang bisa mengganggu. Terkadang sampah basah mengeluarkan cairan yang dapat mengotori lingkungan di sekitar sampah. Selain itu, tumpukan sampah basah dapat menimbulkan tanah longsor yang berbahaya terutama pada musim hujan.

Ada banyak jumlah sampah basah di Surabaya, ini terbukti dari menumpuknya sampah basah di TPS-TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di Surabaya. Namun, seringkali orang mengolah sampah basah dengan cara yang kurang baik, seperti membakarnya. Karena jika sampah basah diolah dengan cara dibakar, maka akan menimbulkan polusi yang memang sudah banyak terdapat di Surabaya. Padahal, sampah basah merupakan jenis sampah yang mudah didaur ulang. Salah satu caranya adalah dengan mengolahnya menjadi pupuk organik. Kita bisa mengambil banyak sekali manfaat, diantaranya adalah :
1. Mengurangi jumlah sampah, terutama sampah basah di Surabaya
2. Menyuburkan tanaman-tanaman dengan pupuk organik hasil
pengolahan, sehingga dapat mengurangi polusi serta mengurangi efek
Rumah Kaca dan Pemanasan Global.
3. Menghasilkan barang produksi yang bisa menghasilkan keuntungan
yang cukup banyak, sehingga dapat menambah penghasilan kota.
4. Menghasilkan pupuk yang murah sehingga dapat dimanfaatkan untuk
menanam tanaman.

PENGOLAHAN SAMPAH BASAH MENJADI KOMPOS

Untuk mengubah sampah basah menjadi kompos, sebenarnya bukanlah pekerjaan yang bisa dibilang sulit. Awalnya, sampah basah dimasukkan ke keranjang takakura susun -sebuah kotak plastik seperti krat soft drink. Di dalam keranjang itu sudah ada kompos. Perbandingan antara kompos dengan sampah baru adalah 1:1. Tinggal ditambah sekam, sampah basah tersebut dibiarkan selama dua hari agar terurai.

Setelah dua hari, isi keranjang itu dimasukkan mesin giling khusus. Hasil penggilingan tersebut dikumpulkan dalam sebuah ruang. Nah, di dalam ruang itu, proses komposisasi berlangsung. Tiap dua hari sekali, tumpukan sampah yang telah digiling tersebut digeser. Perjalanan dari hasil gilingan hingga menjadi kompos siap pakai selama 14 hari.

KOMPOS DUA PEKAN DARI WONOREJO

Warga metropolis tampaknya tak mau terpaku pada pakem-pakem "tradisional" pengolahan dan pemilahan sampah. Salah satunya dibuktikan warga Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Tegalsari. Berbagai inovasi dikembangkan kelurahan yang menembus 50 besar Surabaya Green and Clean 2007.

Wihartuti Dwi Rahayu, ketua kader lingkungan, mengembangkan metode baru mengolah sampah basah. Cara itu dia namakan fermentasi dengan bakteri EM4. "Cara ini saya kembangkan dari hasil pelatihan yang diberikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Memang, cara saya berbeda dengan mereka," kata.

Tuti-panggilan akrab Wihartuti Dwi Rahayu lantas menjelaskan kreasinya itu. Yang pertama disiapkan adalah drum plastik. Sebelum dimasukkan drum, sampah dicincang hingga berukuran sekitar 2 sentimeter. Setelah itu, sampah basah tersebut dicampur cairan fermentasi EM 4, dedak, dan air gula. Menurut Tuti, cara itu lebih efektif dibanding keranjang Takakura. Selain itu, waktunya pun lebih singkat. Tuti bilang, sampah yang diolah dengan keranjang Takakura baru bisa "dipanen" dalam waktu 6 bulan. Namun, dengan metode EM4, kompos sudah jadi dalam waktu 2 minggu. "Kelebihan lain, metode EM4 mampu menoleransi sampah dengan ukuran maksimal 2 sentimeter. Jika di keranjang Takakura, sebelum memasukkan sampah, kita harus menghaluskan dulu sampah basah itu. Harga EM4 pun sangat murah. Rp 21 ribu tiap 1,5 liter," jelasnya.

KESIMPULAN & SARAN

Bisa disimpulkan bahwa pemanfaatan sampah basah menjadi kompos sangat penting untuk menjaga kelestarian alam dan mungkin mengurangi ambu dan mengurangi polusi. Selain itu, tambahan penghasilan untuk penduduk bisa didapatkan.

Sedangkan saran saya untuk seluruh elemen masyarakat dan pemerintah adalah meningkatkan
produksi kompos dari sampah basah untuk mengurangi polusi untuk kedua elemen, mengadakan serta meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan tentang pengolahan sampah untuk pemerintah, mengingatkan dan memberitahu warga lain tentang pengolahan sampah serta mengurangi jumlah sampah yang dibuang dengan cara mengolahnya untuk masyarakat.


Pengelolaan Sampah Mandiri


13418557672014306637
Pembinaan Kader Lingkungan Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya
Sampah adalah masalah klasik yang tak pernah habis untuk dibahas. Apalagi di negeri dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa yang sebagian besar acuh tak acuh terhadap masalah sampah. Membuang sampah di sembarang tempat sepertinya telah menjadi budaya masyarakat kita. Di tempat-tempat yang menjadi pusat keramaian, sampah tak pelak menjadi pemandangan tak sedap yang bisa mengurangi kenyamanan. Meski telah disediakan tempat sampah, masyarakat kita cenderung lebih suka membuang sampah sesuka hati. Bahkan pengemudi atau penumpang mobil sering membuang sampahnya ke jalanan.
Volume sampah yang membengkak seiring bertambahnya jumlah penduduk akan semakin membebani bumi kita. Jika setiap orang membuang sampah satu kantong plastik setiap hari, maka Indonesia bisa menghasilkan 200 juta lebih kantong plastik sampah setiap harinya. Bagaimana dengan seminggu? Sebulan? Setahun? Jika tidak dikelola dengan baik lama kelamaan gundukan sampah itu akan menjadi bom waktu yang siap meledak sewaktu-waktu.
Tanggung jawab pengelolaan sampah tak hanya menjadi beban pemerintah. Kita pun bisa berpartisipasi untuk mengurangi volume sampah dengan mengelolanya secara mandiri dimulai dari rumah. Beberapa waktu yang lalu saya mewakili PKK RW mengikuti Pembinaan Kader Lingkungan di pendopo Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya. Bimbingan Teknis Pengelolaan Sampah Mandiri ini merupakan bagian dari program Green and Clean yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Dengan program ini masyarakat Surabaya diharapkan bisa menjadi pelopor penyelamatan bumi.
Prinsip dasar dari pengelolaan sampah mandiri adalah memilah sampah rumah tangga menjadi dua bagian: sampah kering dan sampah basah. Yang tergolong sampah kering adalah kertas, botol kaca ataupun plastik, karet, kain, dan sejenisnya. Sedangkan sampah basah adalah sampah yang berasal dari bahan organik, misalnya: sisa makanan, kulit buah dan sayuran, dan sejenisnya. Sampah basah ini akan diolah menjadi kompos dengan bantuan mikroorganisme yang ada dalam starter. Umumnya kompos dibuat dengan cara menimbun sampah basah di dalam tanah. Sulitnya mendapatkan lahan kosong di kota-kota besar, bisa disiasati dengan memakai tempat/ wadah seperti glangsing, gentong, kaleng bekas, atau keranjang untuk memproses sampah basah menjadi kompos.
13418561721828749165
Keranjang sebagai wadah pengolahan sampah basah
Langkah-langkah pembuatan kompos:
1. Potong kecil-kecil sampah basah
2. Siapkan alat pengolah kompos yang tersusun dari :
a. Bantalan sekam yang dibungkus kain tipis di bagian paling bawah
b. Starter yang berupa kompos yang sudah jadi
13418567391048444072
Starter yang berupa kompos
c. Tanah yang dicampur dengan air gula dan air leri (bekas cucian beras)
d. Potongan sampah basah
e. Ditutup bantalan berisi sekam
134185638986720358
Bantalan berisi sekam
3. Aduk tiap hari untuk menambah oksigen yang berguna untuk proses pembusukan
4. Jaga kelembabannya, bila kurang lembab ditambah air, aduk lagi
5. Setelah dua minggu sampah akan berubah menjadi kompos
6.Keluarkan kompos yang telah jadi, sisakan sedikit untuk starter, yang belum sempurna menjadi kompos  dimasukkan lagi
7. Masukkan sampah baru yang telah dipotong kecil
8. Penambahan sampah bisa dilakukan setiap hari kemudian diaduk lagi
Kompos yang dihasilkan bisa dipakai sendiri atau dijual. Pengelolaan sampah mandiri ini diharapkan bisa menginspirasi masyarakat untuk peduli dan turut serta dalam upaya penyelamatan bumi.


PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS


Sampah organic, sering juga disebut sampah basah, memiliki sifat mudah diuraikan oleh mikroba pengurai. Sampah organic dapat dibuat kompos dengan cara yang sangat sederhana dan murah. Pembuatan kompos dapat dilakukan di rumah tangga, sekolah, kantor atau tempat lain. Salah satu cara sederhana pembuatan kompos adalah sebagai berikut:
A. Alat dan Bahan
1. Komposter
2. Sprayer
3. Alat pengaduk
4. Biostarter atau biang kompos
5. Sampah organic hasil sisa dapur dan hasil sapuan yang mudah busuk, seperti daun-daunan, sayur, dan kulit buah.

B. Langkah-langkah Pembuatan Kompos
1. Sampah organic seperti daun, sisa makanan, sayur, dan kulit buah dicacah/dipotong kecil-kecil ± 2 cm.
2. Masukkan sampah yang sudah dicacah ke dalam komposter. Untuk sisa sayur yang berkuah, ditiriskan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam komposter.
3. Semprot sampah dalam komposter dengan biostarter sampai lembab. Penyemprotan jangan terlalu basah.
4. Tutup komposter dan letakkan komposter pada tempat teduh yang tidak terkena sinar matahari dan hujan secara langsung.
5. Setiap kali menambah atau memasukkan sampah organic baru, semprotkan biostarter.
6. Periksa sampah dalam komposter sekitar 3 hari sekali. Jika sampah terlalu kering, semprot atau percik dengan air dan aduksampai rata. Jika terlalu basah, tambahkan serbuk arang/bekatul/serbuk gergaji dan aduk hingga rata.
7. Dalam proses pengomposan ini juga akan terbentuk cairan yang disebut lindi. Lindi dapat berfungsi sebagai pupuk cair. Lindi diambil melalui kran yang terpasang pada komposter. Untuk pemakaian, pupuk cair ini harus diencerkan 10 hingga 20 kali terlebih dahulu (1:10) terlebih dahulu.
8. Jika komposter telah penuh dan ada sampah baru, dimasukkan dalam komposter kedua. Namun jika memiliki satu komposter, maka sampah yang ada dalam komposter, dapat dimasukkan dalam karung plastic (bagor) untuk pematangan, dan komposter dapat digunakan untuk memproses sampah organic yang baru.
9. Kompos akan matang atau siap pakai kira-kira 4 minggu. Kompos matang ditandai dengan warna gelap dan remah.
10. Bongkar sampah yang telah matang dan angin-aginkan. Kompos dapat langsung dipakai untuk memupuk tanaman.
11. Jika akan dikemas, kompos diayak terlebih dahulu. Sisa kompos yang masih kasar dapat dimasukkan kembali ke dalam komposter guna mempercepat proses pengomposan yang ada di komposter.

DEFINISI SAMPAH
A. Sampah
a. Definisi
Sampah Sampah adalah bahan yang tidak berguna, tidak digunakan atau bahan yang terbuang sebagai sisa dari sesuatu proses yang dihasilkan dari aktifitas manusia. Sampah biasanya berupa padatan atau setengah padatan yang dikenal dengan istilah sampah basah atau sampah kering.
1. Sampah berdasarkan jenisnya.
1.1. Sampah organik (bersifat degradabel) Sampah organik adalah jenis sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa organik (sisa tanaman, hewan, atau kotoran) sampah ini mudah diuraikan oleh jasad hidup khususnya mikroorganisme.
2.2. Sampah anorganik (non degradabel). Sampah anorganik adalah jenis sampah yang tersusun oleh senyawa anorganik (plastik, botol, logam) sampah ini sangat sulit untuk diuraikan oleh jasad renik.
c. Manfaat Sampah
1. Pengisi Tanah Tumbuhnya tempat pemukiman baru, ruko, komplek, pembelanjaan baru, di kota yang asalnya dari rawa-rawa/tanah berair lainnya/tempat-tempat pembuangan sampah.
2. Sumber Pupuk Organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik/makhluk hidup yang telah mati dan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula.
3. Sumber Humus
Kehadiran senyawa organik dalam bentuk humus di dalam tanah dapat mempertahankan sifat fisik tanah. Dengan sifat fisik yang baik, maka kegunaan tanah menyerap dan mempertahankan air dapat terjadi dengan baik.
4. Media Penanaman Jamur
Pengunaan media dengan sampah memberikan hasil yang memuaskan. Misalnya, media jamur merang, jamur ”Shiitake” dan jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada bahan organik yang terdapat pada kompos.
5. Penyubur Plankton.
Plankton adalah makanan utama ikan yang terdiri dari hewan dan tumbuhan bersel tunggal. Kolam ikan yang banyak palnktonnya menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada ikan. Suburnya plankton karena pemasukan bahan-bahan organik dari sampah.
6. Media Produksi Vitamin.
Salah satu jenis mikroorganisme penghasil vitamin (vitamin B12) ternyata sangat subur pertumbuhannya di dalam media yang dicampur dengan ekstrak sampah.
7. Bahan Makanan Tanah
Sampah sebagai bahan makanan tanah secara langsung (masih segar) dan melalui proses fermentasi telah digunakan dimana-mana dengan hasil yang baik.
1. Pengelolaan Sampah
1. Pengumpulan Sampah. Cara pengumpulan sampah dengan menggunakan kantung. Kantung yang digunakan berasal dari kantung plastik. Jenis bahan ini cukup kuat dan dapat digunakan berulang-ulang serta sulit dihancurkan oleh jasad-jasad renik yang ada dalam sampah. Bentuk dan ukuran kantung disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Penampungan Penampungan sampah dapat menggunakan bak sampah. Bak sampah dibuat secara permanen maupun non permanen
3. Pengangkutan. Kantung-kantung sampah yang telah terkumpul dalam bak-bak sampah, kemudian menunggu pengangkutan oleh dinas kebersihan setempat atau sampah tersebut dapat di daur ulang yang sebelumnya dipisahkan dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik.
B. Pupuk Cair Organik
Pupuk cair organik adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari 1 unsur. Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk cair organik umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Larutan ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.
1. Pupuk kandang cair Pupuk ini berasal dari kotoran hewan dan urin ternak. Pupuk ini umumnya bisa digunakan bersama dengan kotoran padat atau pupuk hijau. Pemberian pupuk ini paling baik diberikan pada tanaman yang sedang dalam masa vegetatif dan masa perkembangbiakan, sebab ketika masa perkembangbiakan, tanaman banyak membutuhkan nutrisi. 1. Biogas Gabungan dari fermentasi bahan organik cair dengan bahan organik padat dikenal dengan istilah biogas. Bahan pembuatannya berasal dari kotoran manusia, hewan dan tanaman. Penggunaan biogas memiliki keuntungan ganda yaitu gas metana yang dihasilkan bisa berfungsi sebagai bahan baker, sedangkan sampah padat dan cair yang dihasilkan sebagai residu bisa digunakan sebagai pupuk. Penggunaan biogas secara rutin mampu meningkatkan produksi padi secara berkesinambungan dan tidak ada residu biogas di dalam lahan sawah, sedangkan penggunaan pupuk kimia sintetis dapat menurunkan produksi tanaman jika digunakan terus-menerus.
B. Bahan dan Peralatan Bahan
a) Bekatul 2 kg b)
Molase :
Gula merah dan gula putih 1 kg
c) Terasi
d) Air bersih (tidak mengandung kaporit)/aquadest
e) Sampah organik basah
f) Air tajin
g) Air kelapa tua
h) Isi usus ayam
i) Susu sapi murni
j) Nanas
Peralatan
a) Ember ukuran 20 liter bertutup, gayung
b) Pengaduk kayu sepanjang 50 cm
c) Panci pemasak air, kompor
d) Botol penyimpanan
e) Saringan (dari kain kasa)
f) Timbangan/neraca teknis
g) Gelas ukur, tali rafia
h) Karung beras berserat sintetis ukuran 25 kg
i) Blender
j) Sarung tangan karet, masker kain
C. Desain Pembuatan Pupuk
D. Pelaksanaan Pembuatan Pembuatan Pupuk Cair Organik
a. Pembuatan molase Gula merah merah atau gula putih dilarutkan dalam air dengan perbandingan secukupnya, kemudian dipanaskan untuk memudahkan pelarutan.
b. Pembuatan bakteri Effective Microorganism Proses pembuatan bakteri Effective Microorganism sebagai berikut :
Trasi ¼ kg, gula pasir 1 kg, bekatul 1 kg, 1 buah nanas (yang dihaluskan dengan blender), dan 10 liter air bersih dimasak dalam panci agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati. Setelah mendidih, larutan di taruh di dalam ember dan hasil adonannya didinginkan. Susu ayam ditambahkan dalam larutan, ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung. Bakteri EM yang sudah jadi akan menjadi kental/lengket. Larutan bakteri diambil, disaring, dan dimasukkan ke dalam botol. Botol disimpan di dalam ruangan sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung agar bakteri mendapat oksigen yang cukup. Tutup botol jangan terlalu rapat atau dibiarkan terbuka. Selanjutnya cairan EM siap digunakan untuk membuat pupuk cair organik.
c. Pembuatan pupuk cair organik
Proses pembuatan pupuk cair organik berlangsung secara anaerob/fermentasi tanpa bantuan sinar matahari. Pembuatan pupuk cair organik dilakukan sebagai berikut: sampah organik dimasukkan ke dalam karung beras dan ditekan sampai padat, lalu karung tersebut diikat dengan tali rafia. Larutan media dibuat dengan mencampurkan 500 ml cairan bakteri EM, air tajin 1l, air kelapa tua 1l, air bersih 7l ke dalam ember. Karung beras yang berisi sampah organik dimasukkan ke dalam larutan media sampai bahan organik terendam seluruhnya (beban dapat diletakkan di atas karung beras agar tidak mengapung). Ember ditutup dengan rapat sehingga udara tidak bisa masuk ke dalam ember, lalu disimpan di tempat yang teduh (tidak terkena sinar matahari) selama 7-10 hari. Setelah proses fermentasi selesai, penutup ember dibuka kemudian karung yang berisi sampah organik diangkat dan dipisahkan. Volum/jumlah bahan organik akan menyusut dari volum awal. Sisa bahan tersebut bisa dijadikan bahan untuk kompos. Fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada pemukaan cairan yang berwarna kuning kecoklatan dengan aroma khas yang menyengat. Pupuk cair organik disimpan dalam botol dan ruangan yang sejuk. E. Analisa Hasil Pengolahan data hasil pembuatan pupuk cair organik dianalisis secara deskripsi untuk mengetahui manfaat pupuk tersebut bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman
Pembuatan Molase. Teknik pembuatan pupuk cair organik, diawali dengan pembuatan molase. Pembuatan molase tersebut bertujuan sebagai sumber energi bagi perkembangan bakteri EM. Molase dihasilkan dengan melarutkan gula putih dengan air panas.
Pengebangbiakan Bakteri EM Pada pembuatan EM ini bakteri yang digunakan berasal dari usus ayam dimana di dalam usus tersebut terdapat bakteri asam lektat yang sangat berguna dalam membantu memper cepat6 perombakan bahan organik, meneka pertumbuhan bakteri organisme patogen yang timbul dari pembusukan bahan organik, dan membantu proses fermentasi di dalam media larutan menjadi lebih sehat dan cepat
Pembuatan Pupuk Cair Organik Proses pembuatan pupuk cair organik menggunakan cara fermentasi yaitu suatu preses dimana tidak membutuhkan oksigen (anaerob). Hasil yang didapat setelah fermentasi ternyata terdapat adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan yang berwarna kuning kecoklatan dengan aroma khas yang menyengat. Hal tersebut menandakan bahwa pupuk cair organik telah selesai dibuat. Keunggulan pupuk cair organik diantaranya adalah menyehatkan lingkungan, meningkatkan prokdutifitas tanah, menekan biaya usaha tani dan meningkatkan kualitas produk. Prinsip kerja pupuk cair organik untuk membantu proses pertumbuhan tanaman yang dimulai dari meningkatkan prokdutifitas tanah secara keseluruhan dilihat baik dari fisik, kimia, maupun biologi. Pupuk cair organik pada tanah secara fisik dapat menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan draenasi, mencegah dan meningkatkan daya olah tanah. Secara kimia dapat meningkatkan kestersediaan unsur hara dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Sedangkan pemberian pupuk cair organik pada tanah keunggulannya adalah, menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti, bakteri, serta mikroorganisme menggantung lainnya, sehinga perkembangan nya menjadi lebih cepat. Kesuburan secara alami bergantung pada unsur-unsur kimia.
DAFTAR PUSTAKA Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. Cara cepat membuat kompos. Cet.1. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 2005. Hadisuwito S. Membuat pupuk kompos cair. Cet. 1. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta 2007. Moerdjoko S, Widyatmoko. Menghindari, mengolah dan menyingkirkan sampah. Cet.1. PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional. Jakarta. 2002. Musnamar EI. Pembuatan, aplikasi pupuk organik padat. Cet.3. Penebar Swadaya. Jakarta. 2006. Purwendro S, Nurhidayat. Mengolah sampah untuk pupuk dan pestisida organik. Cet.1. Seri Agritekno. Penebar Swadaya. Jakarta. 2006. Sudradjat. Mengelola sampah kota. Cet.1. Seri Agritekno. Penabar Swadaya. Jakarta. 2006. Sutanto R. Dasar-dasar ilmu tanah, konsep dan kenyataan. Cet.5. Kanisius Media. Yogyakarta. 2005. Waluyo L. Mikrobiologi lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar